Selasa, 24 Februari 2009

APOTEK PROFESI

Setiap apotek sudah tentu ada apotekernya. Apotek adalah tempat dimana seorang Apoteker melakukan profesinya. Jadi sebenarnya tidak ada istilah Apotek Profesi, Apotek Rakyat, Apotek swasta, Apotek Pemerintah, karena pada setiap apotek tentu sudah ada apotekernya. Namun kenyatannya sekarang , apoteker tidak bekerja secara professional, atau tidak ada apotek profesi dimanapun di Indonesia.
Dari papan nama sebuah apotek saja, kita sudah dapat menilai bahwa apotek itu tidaklah professional sifatnya. Sebut saja apotek ARIAL, Apotek RAMI, Apotek KIMIA FARMA, atau Apotek MELAWAI. Semua apotek itu hanya, mencerminkan sebuah papan nama Apotek, bukan nama seseorang yang bekerja secara professional . Memang ada apoteker yang berkerja di apotek tersebut, tetapi nama apotek itu tidak menonjolkan pfofesionalisme dari seseorang Apoteker.
Tetapi sebaliknya , seorang PENGACARA yang professional, seorang DOKTER yang professional, dan seorang NOTARIS yang professional, mereka akan memberi nama tempat pekerjaannya sesuai dengan namanya yang benar-benar diakui nilai profesionalismenya. Sebut saja notaris ANDISETIAWAN pejabat pembuat akta tanah, pengacara ANTON SIHOMBING SH dan kawan-kawan, atau dokter anak ANDI MULIA dan lain sebagainya. Nama-nama tersebut benar-benar mencerminkan dan menonjolkan seseorang yang professional di tempat dia melakukan pekerjaan.
Apoteker yang bekerja di Apotek hanya menghiasi latar belakang sebuah papan nama Apotek. Apoteker adalah petugas biasa atau karyawan yang menjabat sebagai penanggungjawab di dalam sebuah tempat usaha, apoterker bisa saja seseorang yang karena pendidikannya ditunjuk oleh pemilik modal atau badan usaha sebagai pengelola pada sebuah apotek, atau bisa juga apoteker tersebut memiliki usaha Apotek pribadi tetapi dengan nama lain yang tidak menunjukkan nama sesuai dengan harkat dan martabat profesi yang dia sandang dari pendidikannya.
Dari nama apotek saja, kita sudah dapat menilai bahwa tidak ada hubungan professional antara nama apoteker dengan nama apoteknya. Nama apoteknya “BAHAGIA” sedangkan nama apotekernya “SITI NURJANAH “, sesuatu yang tidak professional bukan? Kenapa tidak pakai nama apotek “SITI NURJANAH” saja ?
Penggantian nama Apotek ke Nama apoteker inilah yang tidak pernah terwujud sampai sekarang ini. Apa ruginya ?Toh pemilik modal tidak akan dirugikan dengan nama tersebut ! toh setiap ganti apoteker maka surat Izin Apoteknya harus diperbaharui lagi dan tidak ada salahnya untuk diganti dengan nama apoteker pengantinya. Sampai sekarang para apoteker tidak pernah menggubris dan tidak peduli dengan arti dari pada sebuah nama apotek. Padahal nama sebuah apotek jelas akan mencerminkan siapa apotekernya. Masyarakat akan menilai sejauh mana nilai professional sebuah apotek, apotek dengan nama seorang Apoteker tentu lebih bersifat melindungi dan mengayomi masyarakat, apotek yang sesuai dengan nama apotekernya tentu lebih menonjolkan kerja profesi dari pada nilai materi, apotek dengan nama apoteker tentu lebih melindungi masyrakat dari pada apotek dengan nama yang berkedok nama komersial, apotek dengan nama apoteker tentu akan lebih menonjolkan nilai pribadi seorang apotekernya, persaingan antara sesama apotek akan sangat professional dan bersifat ilmiah dari pada yang terjadi selama ini yaitu persaingan bisnis yang tidak sehat dan saling menjatuhkan.
Apotek dengan nama yang sesuai dengan nama Apoteker pengelolanya inilah sebenarnya yang disebut dengan istilah “APOTEK PROFESI”. Sebuah “APOTEK PROFESI” akan menaikkan harkat dan martabat seorang apoteker yang bekerja secara professional disana. Apotek profesi akan menaikan kembali kepercayaan masyarakat kepada apoteker sejajar dengan profesi lainnya , seperti profesi Notaris, profesi Dokter dan profesi Pengacara . Pada “APOTEK PROFESI” , pemerintah dan organisasi ISFI tidak perlu lagi mengatur jumlah apoteker di dalam suatu apotek , mereka akan tahu sendiri berapa kebutuhan apoteker pendamping di apoteknya. APOTEK PROFESI yang tidak kompeten dengan sendirinya akan dilupakan dan ditinggalkan oleh masyrakat. “APOTEK PROFESI” yang berlaku curang dalam pekerjaannya akan langsung di adili , dilecehkan, diejek oleh masyarakat dan tuntutan hukum akan menunggunya pula.
ISFI tidak perlu lagi bekerja keras untuk mengoalkan program bernama TATAP dan mengatur jumlah apoteker pada sebuah apotek, walaupun program TATAP sampai sekarang tidak pernah berhasil karena terbentur dengan berbagai peraturan dan sikap para anggotanya, ,
Pada sebuah “APOTEK PROFESI” , apotekernya tentu akan bekerja benar-benar secara profesional , karena dia akan mempertaruhkan nama baiknya di sana, tidak ada lagi apoteker yang bekerja secara amatiran, apoteker akan berpikir ribuan kali untuk bekerja rangkap pada instansi pemerintah selain apotek yang dia kelola, apoteker tidak akan membiarkan asistennya bekerja tanpa bimbingan dan pengawasannya, dan tentu saja tidak akan ada lagi polemik ketidak becusan apotek meracik obat.
Namun sampai saat inimasih belum ada apoteker tampil untuk meprjuangkan hak-hanya untuk mewujudkan APOTEK PROFESI yang ideal , bahkan ketidak pedulian apoteker ini sudah berlangsung jauh lebih lama sebelumnya, sehingga apoteker sudah tidak mungkin lagi untuk mewujudkan APOTEK PROFESI tersebut.
Tentu saja untuk mewujudkan “APOTIK PROFESI” , banyak sekali pihak yang akan tidak setuju atau bahkan menentangnya terutama para Apotek yang sudah mendapat nama terkenal seperti; apotik KIMIA FARMA, apotek MELAWAI, dan lain lain yang tidak mungkin diurut satu persatu, karena menurut mereka tentu akan menyebabkan penurunan omzet penjualan dari apotek.
Kelihatannya rumah tinggal apoteker sudah diambil alih oleh para pemilik modal besar, apoteker hanya orang gajian, apoteker hanya karyawan biasa , apoteker hanya orang kos-kos-an , apoteker jangan macam-macam kalau tidak ingin di depak oleh ibu kost. Sebagai apoteker , mereka hanya sanggup berteriak “ KEMBALIKAN APOTEKKU PADAKU”. Memang dimanapun orang-orang gajian akan berada pada posisi yang lemah, orang gajian adalah orang yang tidak banyak menuntut kalau kebutuhannya sudah terpenuhi, apoteker gajian sampai kapanpun tidak akan mampu mandiri kecuali dia sanggup untuk mendirikan apotek sendiri yang professional .
KAPAN APOTEKER AKAN PULANG KE RUMAHNYA SENDIRI?

2 komentar:

siska herwinda mengatakan...

menarik...
tulisan2 di blog ini menarik..hanya saja, penulisan paragraf kurang rapi dan tdk adanya foto/gambar..

menanggapi polemik apoteker, apotek, dsb,, saya sebagai apoteker yg baru lulus jg merasakan:
1. ribetnya birokrasi, dari lulus mengurus bukti lapor, sertifikat pembinaan, sertifikat kompetensi, lolos butuh, dsb...bolak-balik dinkes-kampus
2. pengurusan SP/SK blm dpt diurus jika blm mendapat tempat kerja, sedangkan banyak tempat kerja yg mengharuskan apoteker yg sudah memiliki SP/SK
3. Eksistensi apoteker yg tenggelam, jauh dibawah kedalaman laut bahkan inti bumi..tragis
pemikiran para apoteker yg baru lulus ini banyak yg menganggap bahwa kerja di apotek itu:
gak bisa berkembang, karna lingkup kerja hanya sebatas itu2 saja. sebenernya ide menciptakan apotek dgn nama diri sendiri ato nama si APA itu ide yg cemerlang..tapi apakah PSA-nya mau yg demikian itu??? dan kita harus mengurus ini-itu lg di dinkes, dsb..

Anonim mengatakan...

Boleh juga, tapi klo punya duit. klo ga? masak apotek punya orang dikasih nama apotekernya (yang punya mencak2).
oh ya, aq kerja disalah satunya lo!!!
memenag jujur aja, klo dibilang profesional, sampai batas mana? aq juga apoteker baru yang baru belajar, dimana aq meras beruntung banget. dengan IPK mepet (sempat disuruh pulang, tapi kekeh-nekat). aku liat senior di daerah, berhadapan langsung dengan konsumne, bukan cman nampang nama n tanda tangan.
juga tolong dilihat asal muasal apotek apotek tersebut. klo milik negara kan ga mungkin dikasih nama perorangan. dan dilihat pula kelebihan dan kekurangannya dengan menggunakan nama perorangan.

membuat apotek apa lagi membentuk apotek yang dapat mengayomi masyarakat disekitarnya tidak semudah membalik telapak tangan. apa lagi untuk apoteker baru dimana butuh amat sangat banyak bimbingan-yang tentunya ga sama dengan waktu kuliah dulu (perasaan kuliah diajarinnya bikin obat mulu-ini malah ngadepin konsumen mulu).

@siska : setuju!!! nyebelin banget memang klo itu. belum lagi ngurusnya ribet dan lama. Apoteker harus eksis donk (makannya aq gabung ke rumahnya para apoteker), lebih tepatnya narsis. hehe.

Maklum ya, lagi semangat2nya ngurus apotek baru. yang isinya 80% orang baru semua. SEMANGAT!!!!
(maklum klo tulisannay eror, ngantuk)