Jumat, 24 Oktober 2008

APOTIIK " BISNIS APA KERJA PROFESI "

Kita tidak bisa mengingkari bahwa di dalam usaha apotik unsur bisnis dan unsur pelayanan yang saling terkait satu sama lainnya, dan satunya lagi unsur pengabdian bagi Apoteker. Maka wajar antara apoteker dan PSA harus besinergi untuk saling menutupi kekurangannya masing-masing. Idealnya PSA fokus pada management bisnis, sementara Apoteker fokus pada pelayanan pasien dan pengelolaan obat. Enam bulan pertama, mungkin apoteker masih mampu konsisten menjalankan tugas profesinya (datang setiap hari , selalu melayani pasien, mengontrol dan mengawasi tugas-tugas asistennya), namun setelah itu, mulai terasa kalau tugas-tugas tersebut merupakan rutinitas yang mebosankan , apoteker mulai jenuh di apotek, apalagi kalau PSA tidak memberikan insentif yang cukup memadai, sementara tugas-tugas di kantor utamanya (apoteker PNS) sudah tidak mungkin ditinggalkan dan semakin menumpuk. Maka tentu saja tugas-tugas di apotek dinomorduakan, bukankah asisten sudah mampu melaksanakan semuanya. Apoteker semakin jarang datang ke apotek. lama-lama terasa enak juga, karena Gaji di apotek tidak pernah dipotong oleh PSA, tidak pernah kena tegur oleh PSA apalagi di SP3 kan . Satu -dua tahun sudah berlalu, apoteker mau minta naik gaji sama PSA, tetapi dia merasa ngak enak, karena selama ini dia hanya datang sekali sebulan untuk ngambil gaji, akhirnya dia mengurungkan niatnya, lagian PSA nya sering ngeluh karena break-even point belum tercapai juga . Ngak apa-apalah ngak naik gaji dari pada izajah apoteker ngangur dan jadi pajangan di rumah, begitu mungkin bathin si apoteker. Apoteker yang baru tamat banyak berkeliaran di luar sana dengan penawaran gaji yang sama atau mungkin lebih rendah. Kalau PSA berpaling ini bisa gawat, tidak gampang menjadi APA di apotek lain, begitu mungkin batin di APA tadi. Ini bukan sekedar cerita rekaan, tetapi begitulah yang sering dialami oleh apoteker yang bekerja rangkap. Saya sebagai apoteker sebenarnya sangat prihatin dengan kondisi yang terjadi tersebut, tetapi bagaimana lagi, yang merusak kredibilitas apotker adalah apoteker sendiri, seolah ijazah apoteker tergadaikan dengan lembaran rupiah. Padahal apoteker yang berprofesi sebagai APA bekerja dibawah sumpah apoteker ada undang-undang dan peraturan negara yang mengawasinya. Saya yakin tidak semua sejawat memiliki pola pikir seperti apoteker tadi. Untuk itu marilah kita saling memberi nasehat demi kebaikan bersama menuju pemurnian profesi apoteker yang kita cintai ini.

Tidak ada komentar: